Brebes – Sejumlah aparat dari Polri Bersama dengan TNI, BPD dan Sencom serta Relawan melaksanakan evakuasi pasca terjadinya Tanah Bergerak di Desa Sriwidadi Kecamatan Sirampog.
Dalam benca alam tanah bergerak sekitar 35 rumah warga yang terdampak harus di pindahkan ke hunian sementara untuk keamanan
Dijelaskan Kapolsek Sirampog, Iptu Agus Susianto mengatakan bahwa, Polsek Sirampog Bersama TNI dan juga BPBD serta Relawan dari Senkom melaksanakan kegiatan evakuasi warga dan juga barang barang ke Hunian sementara.
“kita gunakan mobil Polsek untuk menaganggkut barang barang milik warga dan puing puing, dan ini merupakan wujud hadirnya Polri di tengah masyarakat,”ujar Kapolsek Senin (14/11).
Koordinator Satgas Pos Bumiayu BPBD Brebes, Budi Sujatmiko, menyebut rekomendasi hasil kajian Badan Geologi Kementerian ESDM untuk Desa Sridadi sudah keluar. Menurutnya, kajian kali ini merupakan yang kedua dan kesimpulan yang dikeluarkan hasilnya sama, yaitu, sebagian wilayah di Desa Sridadi tidak layak untuk ditinggali.
“Rekomendasi sudah dua kali keluar, hasilnya sama, wilayah Dukuh Karanganyar, Karanggondang, dan Pengasinan tidak layak untuk ditinggali dan warga harus direlokasi karena berada di mahkota longsor,” ungkap Budi, Senin (14/11/2022).
Budi menyebut lokasi ketiga dukuh itu berada di mahkota longsor sehingga tanahnya labil dan mudah terjadi pergerakan tanah. Terlebih jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Selain merusak rumah, pergeseran tanah ini juga membuat jalan provinsi di desa ini ambles hingga beberapa meter. Akibatnya, jalan penghubung Bumiayu Brebes dan Bumijawa Tegal di lokasi itu semakin curam dan berbahaya.
“Bencana tanah bergerak terjadi karena tingginya intensitas hujan sehingga pergerakan tanah memicu amblasnya jalan. Saat ini kondisi jalan juga memprihatinkan. Badan jalan patah dan amblas, padahal pemeliharaan dan pengepresan jalan terus dilakukan pihak Bina Marga Jawa Tengah,” ujarnya.
Amblesnya badan jalan diakibatkan konstruksi tanah yang sangat labil. Hal ini memicu terjadinya pergerakan pada lapisan bawah tanah yang mengarah ke Sungai Keruh di sisi selatan.
“Hasil penelitian yang dilakukan tim Geologi Bandung dan ESDM beberapa waktu lalu, lokasi ini tidak layak sebagai wilayah hunian maupun sarana jalan. Kondisi tersebut karena pada titik yang sama, juga merupakan mahkota longsor dari pergerakan tanah,” kata Budi.
Selama musim hujan ini, tambahnya, pergerakan tanah di lokasi ini akan terus terjadi. Pergerakan tanah bisa dilihat dari semakin dalamnya cekungan pada bagian jalan, hingga menyulitkan pengendara yang melintas.
“Untuk itu, kami mengimbau kepada pengguna jalan untuk berhati-hati saat melintasi lokasi jalan amblas ini,” pesannya. (hms)